Pembelajaran Anak Berbakat
Pembelajaran
Anak Berbakat A. Ciri-Ciri Anak Berbakat
1. Si anak
memiliki ciri khas Anak yang memiliki ciri khas biasanya akan nampak saat
dirinya sedang bermain besama teman-teman sebayanya. Si anak akan bertingkah
laku yang lebih dewasa sehingga ketika bermain dengan teman seusianya cenderung
memisah. Namun, bukan berarti si anak tak mau bermain dan berkumpul dengan
teman seusianya. Si anak sangat bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Si anak
memiliki cara belajar yang berbeda Si anak cenderung tidak bisa diam dan aktif
terhadap hal-hal baru. Selain itu, si anak juga lebih suka untuk mengeksplor
dan mempelajari lebih lanjut sesuatu yang ada di sekelilingnya. Namun, tidak
mau diam bukan berarti si anak hiperaktif.
3. Gaya bahasanya lebih dewasa Si anak lebih
cepat menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya. Selain itu, si anak akan
lebih cepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
4. Si anak
memiliki kosakata yang banyak Karena kemampuannya untuk menyerap bahasa lebih
cepat, si anak jadi memiliki kosakata yang lebih banyak. Dengan begitu, si anak
jadi mengerti kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bahkan, si anak bisa
menyebutkan secara terperinci baik itu mengenai benda atau saat menjawab pertanyaan
yang diberikan kepadanya.
5. Si anak
memiliki keterampilan yang lebih Keterampilan lebih yang dimilikinya itu,
seperti memakai baju sendiri, memegang benda dengan posisi yang benar tanpa kesulitan,
dan keterampilan lainnya. Keterampilan tersebut dapat dimiliki si anak jika
dilatih dengan kegiatan berenang, bermain tenis, dan olahraga lainnya. Dengan
berolahraga dapat melatih kemampuan motorik kasarnya.
6. Si anak
gemar mengoleksi benda Anak berbakat akan lebih senang untuk mengumpulkan
benda-benda kesukaannya. Misalnya, mainan, baju, hiasan, dan lain sebagainya.
Hal tersebut dikarenakan si anak menyukai bentuknya, warnanya, serta modelnya.
Sehingga si anak gemar memilih-memilih atau mengelompokkan benda-benda
kesukaannya itu.
7. Si anak
gemar membaca Saat usia si anak 1 tahunan, dirinya akan mampu untuk membedakan
gambar yang posisinya terbalik. Selain si itu, si anak juga akan menunjukkan
gerakan kepala dari kiri ke kanan seolah-olah dirinya sedang membaca. Hampir 50
persen anak yang berbakat sudah bisa membaca sejak usianya 2-2,5 tahun. Untuk
merangsang anak agar suka membaca, dapat dilatih dengan mendongengkan buku atau
sering bercerita kepadanya.
8. Memiliki
kemampuan logika Anak berbakat akan mudah memahami benda-benda yang besar dan
kecil, serta membedakan banyak dan sedikit. Selain itu, si anak juga mengerti
mengenai berapa lama, berapa jauh, dan berapa banyak. Dan anak berbakat juga
bisa membedakan atas dan bawah, kiri dan kanan, serta maju dan mundur.
9. Memiliki
daya ingat yang cukup baik Daya ingat anak berbakat sangat tinggi. Misalnya, si
anak mampu mengingat kejadian yang sudah lama dan mampu untuk mengungkapkannya
kembali dengan baik.
10. Memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi Anak berbakat cenderung lebih banyak bertanya
terhadap apa yang belum dimengerti. Jika si anak banyak bertanya pada apa yang
tidak diketahuinya, maka orangtua harus memberikan jawaban untuknya. Berilah
jawaban dengan baik dan jangan biarkan si anak tanpa jawaban.
11. Pandai
bersosialisasi Anak berbakat akan lebih senang untuk bermain dengan teman di
atas usianya. Dirinya akan merasa nyaman bermain dengan teman yang usianya
lebih tua darinya. Sedangkan, saat bermain dengan teman seusianya si anak akan
merasa tidak nyaman.
12. Memiliki
energi yang kuat Setiap beraktivitas, si anak selalu bersemangat karena dirinya
memiliki energi yang kuat. Itulah ciri-ciri anak berbakat. Setelah mengetahui
ciri-ciri tersebut, apakah Anda termasuk anak yang berbakat? Jika sudah mengetahui
bakat si anak, maka sebagai orangtua Anda perlu mengasah dan membimbingnya
dengan baik. Berilah stimulasi-stimulasi yang cocok untuknya agar si anak bisa
mengembangkan bakatnya dengan baik.
B. Implikasi Dalam Pembelajaran (Teori Barbe dan Renzulli)
1.
Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak
hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru
melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan,
perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Dalam
menghadapi siswa-siswanya, guru yang baik selalu menilai kemampuan, persepsi,
motivasi, dan perasaan-perasaanya sendiri. Guru perlu menyadari baik
kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. Anak berbakat akan paling maju
di bawah bimbingan guru yang memiliki kecerdasan cukup tinggi, memiliki
pengetahuan umum yang luas, serta menguasai mata pelajaran yang diajarkannya
secara cukup mendalam. Jika guru pada saat-saat tertentu tidak mengetahui
sesuatu dan tidak dapat menjawab pertanyaan siswanya, adalah lebih baik
mengatakan “Saya tidak tahu: marilah kita cari jawabannya bersama-sama!” atau
“Berilah saya waktu untuk memikirkannya!” Jawaban seperti ini akan lebih
mendapat penghargaan dan kepercayaan siswa daripada jika guru menjawab asal
saja. Mengapa? Karena anak berbakat bersifat kritis, mempunyai kemampuan
penalaran yang tinggi, dan suka mempertanyakan segala sesuatu. Guru perlu juga
menguji perasaan-perasaannya terhadap anak berbakat. Sikap menguji atau mempertanyakan
dari anak berbakat dapat menjengkelkan guru yang bersifat otoriter. Penjelasan
guru yang biasanya diterima begitu saja oleh kebanyakan anak mungkin diragukan
oleh anak berbakat. Jika guru menunjukkan perasaan tidak senang oleh
pertanyaan-pertanyaan anak berbakat, ia dapat mematikan rasa ingin tahu anak,
sedangkan guru yang terbuka terhadap gagasan dan pengalaman baru akan meluaskan
dimensi minat anak.
2. Di
samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang
keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat perlu
memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa yang
diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan dengan
cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan
mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari
bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di
luar jangkauan kurikulum biasa.
3. Setelah
anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan
belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator
belajar daripada sbagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya. Fungsi
pendidik adalah mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Setiap anak
dilahirkan dengan rasa ingin tahu. Ia terbuka terhadap pengalaman baru dan
belajar dari pengalamannya sesuai dengan kebutuhannya. Hanya sayang, pada waktu
anak mulai masuk sekolah sering dorongan alamiah untuk belajar ini terkekang
karena kurikulum yang kaku dan program belajar yang tidak beragam
(berdiferensiasi), artinya tidak disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
Jika dorongan alamiah ini terhambat di sekolah, rasa ingin tahu anak akan mati
dan berganti menjadi sikap apatis, acuh tak acuh. Karena itu,
diperlukanmotivasi eksternal (berupa dorongan, pujian, teguran dari guru dan
orang tua) dan system penghargaan (nilai-nilai prestasi belajar, angka rapor)
untuk menumbuhkan minat anak. Terutama anak yang cerdas dan berbakat dengan
rasa ingin tahu yang kuat dan minat yang luas akan merasa terhambat dengan
kurikulum yang hanya berorientasi pada mayoritas anak.
4. Guru anak
berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan. Prakarsa dan
keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia senang
menguji kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya. Ia
merasa tertantang untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak yang
berbakat dan kreatif cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya
mengulang-ulang.
5. Guru anak
berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi
lebih-lebih proses belajar. Macam kegiatan belajar yang lebih berorientasi
kepada proses daripada terhadap produk semata-mata dapat dilihat dari
contoh-contoh berikut ini. • Pemecahan masalah dengan lebih menekankan pada
proses memperoleh jawaban daripada jawabannya sendiri. • Membuat klasifikasi
(penggolongan). • Membandingkan dan mempertentangkan. • Membuat pertimbangan
sesuai dengan criteria tertentu. • Menggunakan sumber-sumber (kamus,
ensiklopedi, perpustakaan). • Melakukan proyek penelitian. • Melakukan diskusi.
• Membuat perencanaan kegiatan. • Mengevaluasi pengalaman.
6. Guru anak
berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian. Agar menjadi
orang dewasa yang mandiri dan percaya pada diri sendiri, anak harus belajar
bagaimana menilai pengalaman dan prestasi belajarnya. Anak yang berbakat cukup
mampu melakukan penilaian diri sejak mereka masuk sekolah. Guru perlu memberi
umpan-balik dan model prilaku, namun seyogyanya anaklah yang menilai diri
sendiri. Guru dapat memberikan umpan-balik dengan membuat catatan yang
menyatakan dimana letak kesalahan anak dan bagaimana ia sendiri dapat
memperbaikinya. Jika nilai dalam bentuk angka harus diberikan, maka sebaiknya
dilengkapi dengan catatan penjelasan.
7. Guru anak
berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar. Termasuk salah
satu hal penting yang perlu diketahui anak ialah bahwa ada lebih dari satu cara
untuk mencapai sasaran atau tujuan, ada macam-macam kemungkinan jawaban
terhadap satu masalah, ada beberapa cara untuk mengelompokkan objek, dan ada
beberapa sudut pandang dalam diskusi. Hendaknya anak diperbolehkan menjajaki
beberapa cara atau jalan untuk mencapai tujuan. Kreativitas akan berkembang
dalam suasana yang memberika kebebasan untuk menyelidiki. Jika anak tidak
dengan sendirinya melihat macam-macam jalan yang dapat ditempuh, hendaknya guru
mengarahkan sehingga ia dapat melihat adanya macam-macam alternative strategi
belajar.
8. Guru
hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa percaya
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
menentukan pendapat dan keputusan. Hendaknya setiap anak merasa aman untuk
mencoba cara-cara baru dan menjajaki gagasan-gagasan baru di dalam kelas.
Banyak anak yang kreatif terlambat dalam ungkapan diri karena takut mendapat
kritik, takut gagal, takut membuat kesalahan, takut tidak disenangi guru, atau
takut tidak memenuhi harapan orang tua. Dengan menciptakan suasana di dalam
kelas dimana setiap anak merasa dirinya diterima dan dihargai, serta guru
menunjukkan bahwa ia percaya akan kemampuan anak, maka akan terpupuk rasa harga
diri anak.
C. Kurikulum Berdiferensi Untuk Anak Berbakat
Kegunaan
kurikulum berdiferensasi dan perbedaannya denga kurikulum umum. Kegunaaan
Kurikulum berdiferensiasi sangat penting untuk anak berbakat karena anak
diajarkan :
a. Beragam
cara agar siswa dapat mengeksplorasi kurikulum. Dalam kaitan dengan
pem-belajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas
untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan
fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal)
yang sesuai dengan kondisinya.
b. Beragam
kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki
informasi dan ide. Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara
belajar siswa untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan
informasi yang di-perlukan. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses
tersebut baik secara individual ataupun kelompok.
c. Beragam
pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses pembelajaran ber-diferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada
anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Hal ini
sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan
temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi
karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik
belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau
informasi yang disampikan kepada orang lain. (Tomlison, 1995). Perbedaan
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Kurikulum Umum yaitu :Kurikulum
berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model
pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan
individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu
orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang
berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung
pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui
program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran,
proses belajar dan produk belajar. Berikut penjelasan lebih lanjut perbedaan
antara Kurikulum berdiferensiasi dengan
Kurikulum
Umum :
1. Kurikulum
berdiferensiasi dapat mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai.
Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang
melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt
lebih menyesuaikan kemampuan anak. Sehingga, ada beberapa bagian yang diterima
anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
2. Kurikulum
berdiferensiasi Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami
pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau
pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik
sebaiknya dikurangi.
3. Kurikulum
berdiferensiasi Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung
kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat
sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam.
4. Kurikulum
berdiferensiasi menyesuaikan keberbakatan anak tidak seperti Kurikulum Umum.
5. Kurikulum
berdiferensiasi Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar
mengajar menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada
hanya materi
6. Kurikulum
berdiferensiasi Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya
mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana
keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
7. Kurikulum
berdiferensiasi menerapkan tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada
istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas siswa, tetapi seluruhnya
berdasarkan pengalaman setiap anak, Memungkinkan anak memilih. Asas ini
memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan
kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas
minat dan bakat anak.
Daftar
Pustaka :
http://lulumasnuah.blogspot.com/2015/04/tugas-pengantar-kreativitas-dan.html?m=1
Nama
Kelompok : Karlina Septiyani ,Siti nurhikma F ,Indah anugrah
Kelas
: 1PA14
Komentar
Posting Komentar