Logoterapi
(Frankl)
Kata “logo” berasal dari bahasa
Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun
kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya
penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata
logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi
atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia,
dengan makna hidup sebagai inti teori. Dibawah ini akan di jelaskan lebih
detail.
Konsep Dasar
Pandangan Frankl tentang Perilaku / Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini
merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl
berpendapat manusia harus dapat
menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk
memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu
adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah
prinsip utama teori Frankl Logoterapi.
Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni
Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam pandangan logoterapi, manusia
adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan yang dimaksud
dalam freedom of will seperti:
-
Kebebasan
yang bertanggungjawab.
-
Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-
kondisi tersebut.
-
Kebebasan
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam
hidupnya.
Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the
will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl,
1977). Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan.
Pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut
logoterapi bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan
merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl
bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka
individu termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang
bermakna, maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.
Makna Hidup (The
Meaning Of Life)
Makna
yaitu suatu hal
yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam
penderitaan. Makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa
berbeda antara satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap
jam. Karena itu, yang penting secara umum bukan makna hidup, melainkan makna
khusus dari hidup pada suatu saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan
dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut
dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia
memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya
(Frankl, 2004).
Unsur-unsur
Terapi
Munculnya gangguan / kecemasan
Saat individu tidak memiliki keinginan terhadap
sesuatu (apapun), karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga.
Menurut Frankl (2004) terdapat dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan,
yaitu:
- Frustasi
eksistensial (exsistential
frustration) atau disebut juga kehampaan
eksistensial (exsistetial vacuum)
Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah fenomena
umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam memenuhi
keinginan akan makna.
- Neurosis
noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu suatu manifestasi khusus dari
frustasi eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis
tertentu yang tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk
membedakan dengan keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar
pada kondisi fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang
bersumber pada konflik-konflik psikologis.
Tujuan terapi
·
Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara
universal
ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan, dan agama yang dianutnya.
·
Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan,
terhambat,
dan diabaikan, bahkan terlupakan.
· Memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak
kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Peran terapis
Terapis memberikan
sugesti-sugesti terhadap klien, bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk
menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Teknik-teknik Terapi
Dalam
logoterapi, klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan
makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi
kosong jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan
eksistensi kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan
klinis yang detail. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
- Intensi
paradoksal
Mampu menyelesaikan lingkaran
neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi
paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya:
A. Seorang pemuda yang selalu
gugup ketika bergaul.
B. Masalah tidur.
Menurut Frankl, kalau menderita insomnia, seharusnya tidak mencoba
berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan
sebagainya. Seharusnya berusaha menjaganya selama mungkin. Setelah
itu baru merasakan adanya kekuatan yang mendorong untuk melangkah ke
kasur.
- De-refleksi.
Frankl percaya sebagian besar
persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terfokus pada individu. Dengan
mengalihkan perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain,
persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami
masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan
individu atau cobalah tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga
diri pasangan.
Rational
Emotive Therapy (Ellis)
Menurut Gerald Corey dalam bukunya
“Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour
adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan,
direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi- dimensi pikiran ketimbang
dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam
bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan adalah pendekatan
konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal
sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang
mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan
perasaan dan perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan, terapi rasional emotif merupakan terapi yang berusaha
menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak rasional dan me
nggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan
klien dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang,
mempertanyakan, dan membahas keyakina-keyakinan yang irasional.
Konsep dasar
pandangan Ellis tentang perilaku / kepribadian
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian
dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang
membangun tingkah laku individu, yaitu
Antecedent
event (A),
Merupakan segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah
laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa,
dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi
seseorang.
Belief (B)
Berupa keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi
diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada dua macam, yaitu
- Keyakinan
yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan cara berpikir atau system
keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
- Keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan ayau system berpikir
seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak
produktif.
Emotional consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau
reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan
akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam
bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep
atau teori ABC.
Unsur-unsur
terapi
Munculnya masalah/gangguan
Dalam pendekatan konseling rasional emotif, tingkah
laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang
irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
- Tidak dapat
dibuktikan
- Menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak
perlu
- Menghalangi
individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif
Tujuan terapi
Tujuan terapi ini menurut Ellis,
membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang
berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka
telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang
dialami oleh mereka. Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
-
Memperbaiki
dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis
menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
-
Menghilangkan
gangguan emosional yang merusak.
-
Untuk
membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty,
Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance
Klien.
Peran terapis
Membantu klien mengatasi masalah-masalah yang sedang
dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau
meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Teknik-teknik
terapi
Dalam terapi ini menggunakan berbagi
teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan
kondisi klien. Teknik-tekniknya sebagai berikut :
Teknik emotif (afektif)
Teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien.
Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1.
Teknik
Assertive Training
Untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk
terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
2.
Teknik
sosiodrama
Untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3.
Teknik self
modeling atau diri sebagai model
Untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan
komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.
Teknik
imitas
Digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara
terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik behavioristik
Banyak menggunakan teknik
behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien,
dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis,
beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1.
Teknik
reinforcement / penguatan
Untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun
punishment/ hukuman.
2.
Teknik
social modeling/ penguatan modeling
Untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
3.
Teknik live
models/ model dari kehidupan nyata
Untukmenggambarkan perilaku tertentu.
Teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir
klien antara lain:
1.
Home work
assigments (pemberian tugas rumah)
Untuk berlatih, membiasakan diri serta
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang
diharapkan.
2.
Teknik
Assertive
Untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
3.
Bibliotherapy,
Untuk membalikkan pola pikir irasional dan
ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku.
Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam
mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
4. Tahap
Pengajaran
Dalam REBT, terapis mengambil
peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terapis
untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan
bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan
emosi kepada klien tersebut.
5. Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah
pandangannya karena pandangan yang dikemukakan tidak benar. Dan terapis juga
meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien
itu adalah tidak benar.
6. Tahap
Konfrontasi
Terapis mengubah ketidak logikaan
berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
Terapi kelompok
1.
Konsep Dasar: Pandangan terapi
kelompok tentang kepribadian
Terapi
kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia
memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem yang
berbeda- beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani suatu
pemecahan masalah.
2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan
terapi, dan peran terapis.
a. Munculnya gangguan
Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak
berhasil dalam penanganan secara
terapi individu.
b. Tujuan terapi
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi dna membagi
perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
- Meningkatkan keterampilan hubungan
sosial
- Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
c. Peran terapis
Terapis harus memainkan peranan yang
aktif dalam mendorong kelompok untukmencapai tujuan atau harapannya.
3. Teknik-teknik terapi
- Melibatkan para anggotanya
untuk terbuka dan aktif
- Terapis turut membantu
klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya.
- Berfokus pada satu topik permasalahan
yang hendak diselesaikan pertama kali.
Teori Perilaku
A. Konsep Dasar Pandangan Carl Rogers Tentang Perilaku / KepribadianCarl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.
Konsep Carl Rogers tentang kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
1. Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
2. Realitas
Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
3. Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
4. Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.
5. Frame Internal Referensi
Ini adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
6. Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
7. Symbolization
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
8. Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
9. Organismic Valuing Process
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.
10. The Fully Functioning Person
Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
B. Unsur – Unsur Terapi (Person – Centered)
1. Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2. Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
C. Teknik – Teknik Terapi
Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1. Empathy
2. Positive Regard (acceptance)
3. Congruence
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
Sumber :
- Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Frankl. Emil. (2004). On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.
- http://muhammaddany.blogspot.com/2014/04/tugas-psikoterapi-2.html
- Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam.
- Hayat, Abdul. (2010). Teori dan Teknik Pendekatan Konseling. Banjarmasin: Lanting Media Aksara.
- W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
- Natawidjaya, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
- Corsini, R. (2000). CURRENT PSYCHOTHERAPIES. Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
- Murad, J. (2006). Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Komentar
Posting Komentar