TULISAN
Ada seorang lelaki yang
berusia lanjut datang ke tempat praktek seorang psikolog karena mempunyai suatu
permasalahan yang membuat kcemasan yang belih yaitu menghadapi PHK yang akan dia hadapi. Penampilan lelaki lanjut
usia ini berpakaian yang kurang rapih, menggunakan celana pendek dan memakai
baju kaos lengan pendek. Saat melihat penampilan lelaki lanjut usia itu
tentu saja seorang psikolog tidak boleh berpikiran yang tidak baik pada klien
tersebut, hal ini merupakan salah satu formulasi penting menurut Roger yaitu Positive Regard, di mana seorang terapis
harus menerima keadaan klien apa adanya tanpa pembedaan baik dan buruk sesesorang. Setelah
itu proses wawancara dilakukan, klien mulai menceritakan masalah apa yang
dihadapinya. Klien ini bercerita bahwa dirinya kurang dapat menerima bahwa
dirinya sudah tidak bisa menjadi lelaki pekerja lagi akibat usianya yang sudah hampir
60 tahun. Selama mendengarkan keluh kesah klien ini, psikolog melakukan
kongruensi, yaitu menyamakan cara pikirnya dengan pola pikir klien walau
mungkin tidak selalu sama, dengan beranggapan bahwa klien adalah orang paling ahli
dalam masalahnya. Selain itu empati seorang psikolog juga perlu dilakukan,
psikolog mencoba ikut merasakan apa yang dirasakan klien melalui keluh
kesahnya. Terapis menggunakan perasaannya dalam menghadapi klien, dan terapis
menjadi observer menggunakan seluruh inderanya. Proses ini harus berjalan
dengan formal tetapi nyaman, dengan tetap mempunyai teguh etika. Selanjutnya
psikolog mulai merancang program intervensi dengan persetujuan dan disesuaikan
dengan keadaan klien, mengingat tugas psikolog atau terapis adalah sebagai
fasilitator atau penyedia pasif yang mendorong klien untuk bertanggung jawab
dalam menentukan arah atau tindakannya sendiri dengan menciptakan iklim
terapeutik. Program terapi yang nanti dituangkan dalam informed consent terkait frekuensi dan durasi terapi, biaya,
penjadwalan, dan sebagainya. Untuk intervensi kasus ini, psikolog memilih
metode terapi relaksasi sehingga klien dapat memandang berbagai permasalahan
secara lebih positif dan dapat menjalani masalahnya dengan lebih optimis.
Setelah itu psikolog memberikan kata penutup yang memotivasi sehingga klien dapat pulang dengan
suasana hati yang lebih tenang.
Teknik-teknik
Ø Psikolog
berempati atau merasakan keluh kesah dari permasalahan klien setelah
mewawancarai, dan mendengarkan keluh kesah dari klien.
Ø Psikolog
melakukan kongruensi supaya mempunyai kesamaan
cara pikirnya dengan cara pikir klien walau mungkin tidak selalu sama, dengan berpikir
klien adalah orang paling ahli dalam masalahnya sendiri. Kemudian psikolog membuat
program intervensi sebagai penyedia pasif untuk mendorong klien dalam
menentukan arah dan perbuatannya.
Ø Sebagai penutup psikolog memberikan ucapan yang memotivasi sehingga klien
dapat pulang dengan suasana hati yang lebih baik.
Ø Psikolog
harus bersikap Positive setelah melihat gaya penampilan seorang klien yang datang kepadanya.
Komentar
Posting Komentar