Contoh Kasus:
Surya, 34 tahun. Ketika keluarganya akhirnya
membujuknya untuk berobat ke klinik rehabilitasi alkohol. Ia jatuh terguling
tangga kamar tidurnya saat dalam keadaan mabuk, dan mungkin kejadian tersebut
yang akhirnya membuatnya mengakui bahwa ada yang salah dengan dirinya.
Kebiasaan minumnya menjadi tidak terkendali selama beberapa tahun terakhir. Ia
mengawali hari dengan minum, berlanjut sepanjang pagi, dan pada siang hari ia
berada dalam kondisi mabuk total. Ia jarang ingat tentang berbagai hal yang
terjadi selepas tengah hari. Sejak awal masa dewasa ia minum secara rutin,
namun jarang pada siang hari dan tidak pernah sampai mabuk. Kematian anaknya
secara mendadak dalam sebuah kecelakaan 4 tahun sebelumnya telah memicu
peningkatan frekuensi minumnya, dan dalam sepuluh bulan kebiasaan minumnya
telah berubah menjadi pola penyalahgunaan alkohol yang parah. Ia tidak memiliki
keinginan untuk keluar rumah dan berhenti melakukan berbagai aktivitas sosial
dengan keluarga dan teman-temannya. Upaya yang berulang kali dilakukan
keluarganya untuk membuatnya membatasi konsumsi alkohol hanya memicu
pertengkaran.
Terapi yang cocok untuk kasus diatas adalah terapi
kelompok. Dengan terapi kelompok klien mendapat kesempatan untuk belajar cara
berinteraksi sosial atau bersosialisasi, yaitu memperkenalkan diri pada anggota
kelompok, cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap dengan orang lain,
dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
klien dilatih untuk tidak menarik diri ataupun menghindar dan klien akan mampu
melakukan interaksi dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar