Sebenarnya
apa sih kesehatan mental itu???
A .Orientasi Kesehatan Mental
Istilah “KESEHATAN MENTAL” diambil dari konsep mental hygiene.
Kata mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam
bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental
hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau kejiwaan yang dinamis bukan
statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. (Notosoedirjo &
Latipun,2001:21). Menurut Dr.
Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa: “kesehatan
mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain.
B. Konsep Sehat
Definisi sehat
A. Menurut WHO
(1947)
Sehat adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan.
Mengandung tiga karakteristik :
·
Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
·
Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun eksternal.
·
Sehat diartikan sebai hidup yang kreatif dan produktif.
B. President’s
Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
·
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan
merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses.
·
Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.
C. Pender (
1982 )
·
Sehat adalah aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.
·
Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi.
D. Payne ( 1983
)
·
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( Self
Care Resources ) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( Self Care Action
) secara adekuat.
·
Self Care Resources yaitu mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
·
Self Care Action adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan
untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikososial dan
spiritual.
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat
:
A. Status
perkembangan
·
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap
perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.
·
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan
mengatsainya.
·
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk
melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi
perilaku-perilaku selanjutnya.
B. Pengaruh
sosiokultural
·
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari
orang tua pada anaknya.
·
Contoh : Orang Cina, sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang
Orang dengan
ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa sehat.
C. Pengalaman
masa lalu pengalaman masa lalu
·
Seseorang dapat merasakan nyeri/sakit atau disfungsi ( tidak berfungsi )
keadaan normal karena pengalaman sebelumnya.
·
Membantu menentukan defenisi seseorang tentang sehat.
D. Harapan
seseorang tentang dirinya
·
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik
maupun psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor lain yang berhubungan dengan diri
·
Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik.
·
Self Esteem. Body Image, kebutuhan peran dan kemampuan.
·
Jika ada ancaman : anxiety ( cemas ).
Ciri-ciri Tingkah Laku Individu yang Sehat dan Normal
(Warga, 1983) pada umumnya sebagai berikut :
1. Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2. Mampu menolah emosi.
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut
digunakan untuk menuntun tingkah lakunya.
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7. Dapat belajar dari pengalaman.
8. Biasanya gembira.
C. Sejarah Dan
Perkembangan Kesehatan Mental
Gerakan Kesehatan Mental berkembang seiring dengan
adanya revolusi pemahaman masyarakat mengenai mental yang sehat dan cara-cara
penanganannya, terutama di masyarakat barat. Adapun tahap-tahapan perkembangan
gerakan kesehatan mental, yaitu:
1. TAHAP
DEMONOLOGI (sebelum abad pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan
spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental
terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk
penanganannya, tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti: upacara ritual,
penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir
roh jahat dari dalam tubuh penderita.
2.
TAHAP PENGENALAN MEDIS (4 abad SM – abad ke-6 M)
Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tokoh bidang medis
(Yunani): Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius
Agrippa, mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi.
Gangguan mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang,
bukan akibat roh jahat. Mendapat pertentangan keras dari aliran yang meyakini
adanya roh jahat.
3.
TAHAP SAKIT MENTAL DAN REVOLUSI KESEHATAN MENTAL
Mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi
Prancis), dengan tokohnya: Phillipe Pinel. Mengutamakan: persamaan, kebebasan,
dan persaudaraan dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara
manusiawi. Terjadi perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental
dan cara penanganan dan upaya penyembuhan. Tokohtokoh lain yang mendukung
adalah :
a.
William Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum.
b. Benjamin
Rush (1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika.
c.
Emil Kraepelin (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental
pertama.
d. Dorothea Dix
(1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada
masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara.
4.
TAHAP PENGENALAN FAKTOR PSIKOLOGIS (Abad ke-20)
Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya
pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita
gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund
Freud, yang 14 Kesehatan Mental melakukan: penanganan hipnose, katarsis,
asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental
individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental.
Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
5. TAHAP
MULTIFAKTORIAL
Mulai berkembang setelah Perang Dunia II. Kesehatan
mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan
faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi
semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan
masyarakat. Merupakan Revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya:
Whittingham Beers (buku ”A Mind That Found Itself”), William James, dan Adolf
Meyer. Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik
dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
a.
Pengembangan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita
gangguan mental.
b. Penyebaran
informasi yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada penderita
gangguan mental.
c.
Mengadakan riset terkait.
d. Mengembangkan
praktik pencegahan gangguan mental.
Adapun organisasi terkait yang berkembang, antara
lain: Society for Improvement The Condition of The Insane (London-1842) dan
American Social Hygiene Association (AS-1900).
Ø Model Kesehatan Barat & Timur
Model Barat
1. Model Biomedis (Fruend, 1991)
Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles).
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkemb biologi, penyakit
dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In
Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi (Freund, 1991) :
1. Terdapt
perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada
satu bagian tubuh tertentu.
2. Penyakit
dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh.
3. Penyakit
disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dapat
diidentifikasi.
4. Tubuh
seperti sebuah mesin.
5. Tubuh adalah
objek yang perlu diatur dan dikontrol.
2. Model Psikiatris (Helman, 1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab
gangguan mental.
Model
organik : menekankan
pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
Model psikodinamik : berfokus pada faktor perkembangan dan
pengalaman.
Model behavioral : psikosis terjadi karena kemungkinan2
lingkungan.
Model sosial : menekankan gangguan dalam konteks
performansnya.
Model Timur
Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990).
1. Holistik sempit
Organisme manusia dilihat sebagai suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
2. Holistik luas
Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari
sistem-sistem yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus
menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh
lingkungan tapi juga bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan.
D. Pendekatan
Kesehatan Mental
Ø Orientasi
Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam
kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan,
baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai
keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada
keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Sehat atau tidaknya seseorang secara mental
belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri,
pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat
individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama
norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental
seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga
pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam
masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi
dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau
sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
Ø
Orientasi Penyesuaian Diri
penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan
derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara
aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan
adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak
mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya
menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan
penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara
dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai
dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian diri idealnya dilatih dan dibina
sejak kecil
Dalam banyak literatur psikologi kesehatan,
pengembangan diri dan kemampuan penyesuaian diri merupakan salah satu indikasi
dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat di antaranya dalam
uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl.
Pemikiran mereka menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu ditandai dengan
keinginan untuk tumbuh dan berkembang, berorientasi ke masa depan sambil
tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta lingkungannya.
Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya perlu dilakukan pada
mereka yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa saja.
Ø
Orientasi Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan potensi seperti bakat,
kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu. Pelepasan sumber-sumber
yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan dorongan (Schultz, 991).
Dibutuhkan fokus yang lebih untuk mencapai arah tujuan atau potensi diri yang
lebih dikembangkan. Pengembangan potensi ini juga dipengaruhi peranan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang diberikan lingkungan pada
individu baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang sudah ditemukan.
Sumber :
Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi Umum 2 Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma. http://www.infokeperawatan.com/konsep-sehat-sakit.htmlfakhrurrozi./files/24029/KesMen.ppt
Sari, Kartika Dewi. (2012) Kesehatan
Mental
Komentar
Posting Komentar