Tugas Psikologi Teknologi Internet

Pengertian Informasi
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks yang berbeda. Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi . Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, Persepsi, Stimulus, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.

Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di dalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara angka-angka di dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga menjadi punya makna dan manfaat.

Oemar Hamalik (1993:20)
Informasi adalah semua hal yang diperlukan dalam proses pembuatan keputusan, misalnya pengetahuan, fakta, data, angka, dan sebagainya. Informasi bermakna bagi pimpinan untuk membuat keputusan atau untuk mempengaruhi tingkah laku.

Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang.

R.J. Beisshon
Informasi diinterpretasikan (barangkali lebih luas) mencakup isyarat dan data yang diterima seorang manajer sehari-hari, apakah itu tampak berkaitan dengan pekerjaan atau tidak. Pendekatan seperti ini mengandung hal-hal seperti ekspresi wajah dan gerak isyarat sebagai informasi, demikian juga hal-hal yang lebih jelas seperti memo dan pesan.

Edhy Susanta (2003:10)
Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang.
Jogiyanto Hartono (2000:692)
Informasi adalah sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk mengambil keputusan.

Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Dalam definisinya secara khusus mengenai komunikasi itu sendiri menurut Hovland adalah “proses mengubah perilaku orang lain” (communication is the process to modify the behaviour of other individuals).
Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli Theodore M. Newcomb:
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima”

pengertian komunikasi menurut para ahli .Carl I. Hovland:
“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)  menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)”

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli Everett M. Rogers:
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli Harold Lasswell:
Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

Komunikasi terbagi dua yaitu verbal dan non verbal. Komunikasi verbal yaitu suatu proses komunikasi dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang. Simbol-simbol yang digunakan selain sudah ada yang diterima menurut konvensi internasional seperti simbol lalu-lintas, alfabet latin, simbol matematika, juga .terdapat simbol-simbol lokal yang hanya bisa dimengerti oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dengan menggunakan kode non verbal. 

Kode non verbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language), maupun bahasa tubuh (body language).

Unsur-unsur penting lainnya dalam komunikasi adalah dengan adanya : sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik.

1.     Sumber
Adalah pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber biasa disebut juga komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau decoder.

2.     Pesan
Adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.

3.    Media.
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk   memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4.    Penerima.
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasa disebut komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

5.    Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa tergantung dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. (De Fleur, 1982)

6.    Umpan Balik.
Adalah suatu bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh pesan yang diterima.

Joseph A. DeVito seorang professor komunikasi di City University of New York dalam bukunya Communicology membagi komunikasi atas empat macam yaitu : komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa.

1.    Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.

2.    Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Pace (1979) bahwa “Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting”

3.    Komunikasi Publik (Public Communication)
Sesuai namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

4.    Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat yang bersifat mekanis separti radio, televisi, surat kabar dan film.

Seperti telah dijelaskan bahwa pihak yang mengirim pesan kepada khalayak disebut komunikator. Sebagai pelaku dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seorang komunikator selain dituntut untuk mengenal dirinya terlebih dahulu, maka ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractiveness) dan kekuatan (power).

Faktor lain yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang dimiliki oleh seorang komunikator dengan khalayaknya misalkan dalam hal bahasa, pendidikan, agama, usia dan jenis kelamin.  Dalam berkomunikasi juga terdapat tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk menciptakan kesesuaian, kesamaan, dan pemahaman yang sama tentang informasi, ide, pemikiran dan sikap terhadap orang, pihak atau kelompok tertentu.

Untuk mencapai semuanya itu kita harus menempatkan setiap manusia dalam posisi sentral, menghormati dan menghargainya secara proposional.

Terimakasih sudah membaca Artikel Pengertian Komunikasi Teori Fungsi serta Modelnya

1.    Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong mempertinggi motivasi dan juga perantara serta sarana dimana kemungkinan suatu organisasi mencapai tujuannya. Perilaku manusia adalah cermin yang paling sederhana, agar perilaku sesuai dengan tujuan organisasi., maka harus ada kesesuaian antara keinginan karyawan dengan keinginan perusahaan. Pimpinan perusahaan dalam melakukan selalu mengadakan komunikasi terhadap karyawan yang berwujud pemberian perintah atau intruksi, bimbingan, penerangan, laporan dan sebagainya.

2.    Jenis Komunikasi

Untuk mengetahui komunikasi antara pimpinan perusahaan dengan karyawan komunikasi dibedakan menjadi tiga menurut jenisnya: (
Soejono Trimo, Analisis Kepemimpinan Angkasa Bandung. 1986)
a.    Downward Communication
Koordinasi melalui rencana yang telah dibuat (by plan) yang dapat dikatakan koordinasi itu mencapai bentuk komunikasi yang akhirnya berjalan kebawah. Komunikasi ini bersifat satu arah dari pemimpin kepada bawahanya. Informasi yang disampaikan meliputi antara lain, kebijaksanaan pemimpin, peraturan, ketentuan yang harus diikuti oleh pekerja. jadwal kegiatan atau program dan alokasi sumber-sumber.

Makin jelas atau pasti suatu kegiatan atau pekerjaan  makin kurang bimbingan atau pemrosesaninformasi yang diperlukan, sehingga pemimpin cukup mengkoordinasikan  pekerjaan bawahan melalui rencanakerja yang telah disiapkan.

b.    Upward Communication
Koordinasi melalui umpan balik (feed back), berarti komunikasi teratur keatas, dari bawahan kepimpinan terutama dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, pemimpin atau manajer sangat memerlukan input informasi yang berupa laporan, saran dari bawahan untuk dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan itu.

Adapun karakteristik umpan balik yang efektif antara lain:
a)    Intensi
Umpan balik yang efektif jika diarahkan secara langsung untuk menyempurnakan pelaksanaan pekerjaan dan lebih menjadikan pegawai sebagai harta milik organisai yang paling berharga, umpan balik semacam ini tidak bersifat hal-hal yang bersifat pribadi dan eharusnya tidak berkompromi dengan perasaan-perasaan pribadi, harga diri dan cita-cita pribadi. Umpan balik yang positif hanyalah mengurusi atau hanya diarahkan pada aspek-aspek pekerjaan pegawai.

b)    Kekhususan
Umpan balik yang efektif dirancang untuk membekali penerima dengan informasi yang khusus sehingga mereka apa yang harusnya dikerjakan untuk suatu situsi yang benar.

c)    Deskriptif
Efektifitas umpan balik dapat pula dilakukan dengan lebih bersifat dekriptif dengan memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pekerjaan.

d)    Kemanfaatan
Umpan balik ini hendaknya mengandung informasi yang dapat dipergunakan oleh pegawai atau pejabat untuk memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaanya

e)    Tepat Waktu
Umpan balik yang efektif terdapat pertimbangan-pertimbangan yang memperhitungkan factor-faktor yang tepat

f)    Kesiapan
Agar supaya umpan balik bisa efektif para pegawai hendaknya mempunyai kesiapan untuk menerima umpan balik tersebut.

g)    Kejelasan
Umpan balik bisa efektif jikalau dapat dimengerti secara jelas oleh penerima.

h)    Validitas
Agar supaya umpan balik dapat efektif maka umpan balik tersebut hendaknya dapat dipercaya dan syah.

c.    Komunikasi Horizontal atau Diagonal
Koordinasi melalui interaksi lateral sebenarnya merupakan satu alur komunikasi atau informasi yang sifatnya horizontal atau diagonal antar departemen/unit-unit dalam organisasi.
Informasi dipakai pemimpin  bilamana karakteristik tugas atau pekerjaan itu mengandung derajat ketidak pastian yang tinggi.
Dalam kondisi tugas atau pekerjaan semacam ini pemimpin atau bawahan amat membutuhkan pemrosesan informasi yang tinggi berkaitan enggan tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan, masukan-masukan tidak hanya dari kelompok atau unit kerjanya sendiri, akan tetapi memerlukan pula informasi dari unit-unit kerja lain dalam organisasi itu.
3.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Untuk mencapai komunikasi yang efektif perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut
Komunikasi Harus Tepat Waktu dan Tepat Sasaran
Ketepatan waktu dalam menyampaikan komunikasi harus betul-betul diperhatikan, sebab apabila penyampaian komunikasi tersebut terlambat maka kemungkinan apa yang disampaikan tersebut tidak ada manfaatnya lagi.
  • Komunikasi Harus Lengkap
    Selain komunikasi yang disampaikan harus mudah dimengerti oleh penerima komunikasi, maka komunikasi tersebut harus lengkap sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penerima komunikasi. Hal itu perlu ditekankan, sebab meskipun komunikasi mudah dimengerti tetapi apabila komunikasi tersebut kurang lengkap, maka hal itu menimbulkan keraguan bagi penerima komunikasi, sehingga pelaksanaan tidak sesuai denganapa yang diinginkan.
  • Komunikasi Perlu Memperhatikan Situasi dan Kondisi
    Dalam menyampaikan suatu komunikasi, apalagi bilamana komunikasi yang harus disampaikan tersebut merupakan hal-hal yang penting yang perlu pengertian secara mendalam, maka faktor situasi dan kondisi yang tepat perlu diperhatikan. Apabila solusi dan kondisi dirasakan kurang tepat , bilamana komunikasi yang akan disampaikan tersebut dapat ditunda maka sebaiknya penyampaian komunikasi tersebut ditangguhkan.
  •  Komunikasi Perlu Menghindarkan Kata-kata Yang Tidak Enak
    Agar komunikasi yang disampaikan mudah dimengerti dan diindahkan maka perlu dihindarkan kata-kata yang kurang baik. Dengan kata-kata yang kurang enak ini dimaksudkan adalah kata-kata yang dapat menyinggung perasaan penerima informasi, meskipun dalam kamus hal itu tidak salah dn cukup jelas.
  • Adanya Persuasi Dalam Komunikasi
    Seringkali manajer harus merubah sikap, tingkah laku dan perbuatan dari orang-orangnya sesuai dengan yang diinginkan, untuk itu dalam pelaksanaan komunikasi harus disertai dengan persuasi.
    4.    Hambatan Komunikasi
    Kegagalan dalam berkomunikasi sering terjadi karena banyak hambatan-hambatan. Salah satu hambatan yang ditimbulkan dari unsur manusia yang terlibat didalamnya ialah karena persepsi yang berbeda. Dimanadalam persepsi ada kecenderungan menghambat informasi baru, terutama jika informasi iti bertentangan dengan apa yang diyakini. Persepsepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memakai informasi tentang lingkungannya, lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
    5.    Manfaat Komunikasi
    Dalam komunikasi sangat dimungkinkan adanya hambatan . salah satu hambatan yang ditimbulkan dari unsur manusia yang terlibat didalamnya karena persepsi yang berbeda.
    Tetapi apabila dapat menghilangkan hambatan atau setidaknya dapat memperkecil hambatan tersebut, maka kemungkinan komunikasi yang dilaksanakan akan menjadi lebih baik. apabila mampu melaksanakan komunikasi dengan baik, maka akan dapat mengambil manfaatnya.manfaat komunikasi adalah sebagai berikut:
  • Kelancaran tugas-tugas lebih terjamin
  • Biaya biaya dapat ditekan 
  • Dapat meningkatkan partisipasi
  • Pengawasan dapat dilakukan dengan baik

PENGERTIAN JARINGAN SOSIAL


Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.
Jejaring sosial sebenarnya bentuk baru komunitas di Internet yang saling terhubung dengan cepat. Ini berbeda dengan jejaring social lima tahun yang lalu yang mungkin lebih dikenal sebagai forum diskusi , chat, messenger atau milis dimana pola komunikasinya terbatas hanya dalam forum tersebut saja.
Atau kalau mau lebih jauh, bentuk mailing list sebagai cikal bakal komunitas internet yang sudah lama digunakan.
Disebut jejaring karena kemampuannya untuk saling terhubung dengan cepat antara satu domain komunitas dengan komunitas lainnya. Misalnya, kalau kita gunakan tools status di Plurk.com, maka status kita dapat didistribusikan ke facebook, tumblr, twitter, multiply. Bahkan ada yang seolah-olah menjadi konsolidator semua domain komunitas sehingga fungsinya lebih praktis.

Pengertian Entertainment/Hiburan

Entertainment/Hiburan adalah segala sesuatu, baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda maupun perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan bersifat subjektif, bergantung pada penikmatnya. Apabila subjek tersebut merasa terhibur terhadap sesuatu hal, maka hal itu dapat dikatakan suatu hiburan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hiburan mencakup banyak hal, diantaranya musik, film, opera, drama, permainan, olahraga, dan lain sebagainya. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan sebagai hiburan. Media yang digunakan dalam dunia entertaiment, yaitu: 1. Televisi; 2. Radio; 3. Media cetak; dan 4. Media online

Pengertian Education

Kita tahu bahwa ada banyak definisi pendidikan. Ini jelas menunjukkan bahwa pendidikan dipandang sebagai hal yang sangat penting, sehingga banyak pihak yang merasa perlu untuk memberikan definisi -- pengertian atau memaknainya. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik, yaitu : ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah "subyek" dari -- pendidikan. Karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi. Maksudnya adalah, manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk "ada" sebagai dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.
Apakah hasil pendidikan itu? Yang jelas ada perubahan pada subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang sederhana demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses pendidikan itu tentu saja tidak sesempit itu. Bukankah perubahan-perubahan itu menyangkut aspek perkembangan jasmani dan rohani juga?
Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari akar tradisinya.

 

Pengertian Economical Reason

Lebih dari satu abad, model pengambilan keputusan yang menjadi canon dalam ekonomi didasari oleh pandangan manusia sebagai homo economicus. Pandangan ini mengambil asumsi bahwa manusia adalah agen rasional dalam aktivitas ekonomi yang hanya memaksimalkan kegunaan yang diharapkan (expected utility) atau kebahagiaan yang terberi oleh suatu preferensi tertentu dalam berbagai keadaan. Dengan demikian, tingkahlaku manusia dapat direduksi menjadi optimasi penyelesaian masalah. Dalam pandangan ini, manusia selalu rasional dalam memilih dalam situasi apapun.
Sifat rasional di sini diartikan sebagai ciri dari tindakan yang
Ø memperhitungkan untung-rugi,
Ø mementingkan keuntungan diri sendiri (self-interest), dan
Ø memberikan hasil yang sebesar-besarnya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Pengertian rasional itu mendasari cara pikir para ekonom sebagai berikut:
v Perspektif yang mereka gunakan adalah perspektif untung dan rugi;
v Masalah yang mereka kaji intinya adalah seputar menetapkan keuntungan dan kerugian;
v Analisis yang mereka tampilkan adalah analisis marjinal; dan
v menerakan nilai waktu terhadap uang, dalam arti Rp. 1 sekarang lebih berharga dari Rp. 1 besok karena bisa diinvestasi dan mendapat bunga.
Menurut pandangan ekonomi rasional itu, dalam kondisi apapun manusia selalu menampilkan perilaku yang didasari oleh perhitungan untung-rugi dengan kepentingan untuk menguntungkan dirinya. Perilaku yang ditampilkan selalu diusahakan agar sesedikit mungkin disertai pengorbanan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Contoh, seorang pedagang akan menjual baju kepada orang yang jadi korban bencana banjir dengan harga yang sama dengan yang ia tawarkan kepada orang yang tidak mengalami bencana. Pertimbangan pedagang itu adalah ia harus mendapat untung dalam berdagang lepas dari kondisi yang dialami atau karakteristik yang dimiliki oleh pembelinya. Faktor sentimen, solidaritas, motif altruistik dan sebagainya tidak menjadi pertimbangan pedagang itu. Yang penting bagi pedagang itu adalah mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Pandangan manusia sebagai makhluk rasional ini dikritik dan disanggah oleh para pemikir Behavioral Economics yang memandang keputusan manusia lebih kompleks dari sekedar perhitungan untung-rugi atau optimasi nilai guna. Dalam praktek keseharian, menurut para pemikir itu, manusia tidak selalu menampilkan perilaku rasional. Manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kognitif. Rasionalitas manusia perlu dipahami sebagai rasionalitas yang dikelilingi oleh batas-batas tertentu atau disebut sebagai bounded rationality (Simon, 1957). Pemikiran ini membantah pandangan ekonomi formal dan rasional yang berkembang di tahun 1940-an yang mengasumsikan manusia memiliki informasi yang lengkap, memaksimalkan perilakunya, dan hanya mementingkan diri sendiri. Pandangan ini juga menyanggah teori expected utility dari von Neumann dan Morgenstern (1944).
Pengaruh psikologi cukup besar dalam pandangan dan pemikiran para ahli ekonomi behavioral, terutama dalam memahami rasionalitas. Psikologi memahami tingkahlaku manusia sebagai gejala deskriptif, gejala yang dipahami dan dijelaskan apa adanya. Rasionalitas atau sifat rasional juga dipahami secara deskriptif oleh para psikolog. Pendekatan deskriptif ini digunakan oleh para ahli behavioral economics termasuk dalam memahami rasionalitas.
Rasionalitas yang dimaksud oleh para `ekonom rasional' pada kenyataannya bersifat normatif. Awalnya adalah pernyataan normatif, "jika ingin untung maka bertindaklah rasional." Namun kemudian pernyataan normatif itu diperlakukan secara deskriptif, "semua orang rasional" atau "manusia adalah makhluk rasional yang selalu memperhitungkan untung-rugi'. Psikologi sebagai ilmu deskriptif menemukan penyataan "semua orang rasional" itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Pada prakteknya, orang tidak selalu rasional dalam bertingkahlaku dan tindakan seseorang dipengaruhi juga oleh berbagai faktor selain perhitungan untung-rugi. Meski tidak bisa dibilang "manusia tidak rasional", tidak bisa pukul rata menegaskan "semua orang rasional". Oleh karena itu, psikologi mencoba memahami pengertian `rasional' dalam arti yang lebih luas. Pernyataan dasar yang digunakan adalah "Manusia tidak mesti rasional."
Asumsi normatif dalam ekonomi makin banyak mendapat tantangandari model deskriptif. Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa tingkahlaku manusia tidak konsisten dengan model canon ekonomi yang didasari oleh pandangan homo economicus. Tak jarang orang menampilkan perilaku pengambilan kepitusan tak rasional dalam keseharian mereka. Contohnya, pilihan terhadap beberapa keadaan yang sama tergantung pada titik rujukan (reference point) yang dihasilkan oleh pembingkaian (framing). Contoh lain, orang tak jarang menunjukkan preferensi yang tak konsisten. Bias sistematis atau error tampil dalam proses pembuatan keputusan ketika orang menggunakan jalan pintas dalam berpikir (heuristic).
Mengambil cara pandang psikologi, behavioral economics mencoba memahami manusia seperti seorang psikolog memahami manusia. Psikolog memahami manusia sebagai makhluk rasional, tetapi lebih dari itu, manusia juga makhluk emosional, makhluk sosial, dan sebagainya. Jika ekonom konvensional menganggap tidak penting asumsi dan lebih mementingkan prediksi, maka psikolog menilai penting asumsi yang realistik. Psikolog tidak mencari tahu yang normatif, melainkan yang deskriptif, memaparkan fakta yang ditemukannya. Jika ekonom konvensional menegaskan manusia adalah egois, maka psikolog memandang manusia tidak hanya egois, melainkan bisa juga altruis, berorientasi sosial, dan sebagainya.
Seiring dengan banyaknya kritik ditujukan kepada teori expected utility, menggunakan dasar pemikiran bounded rationality dari Simon (1957), di tahun 1960-an dan 1970-an fokus ekonomi bergeser dari normatif (apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai yang optimum) ke deskriptif (apa yang benar-benar dilakukan). Teori prospek dari Kahneman dan Tversky (1979), Thaler (1981), Lowenstein (1987, 1988, 1992) menunjukkan bukti-bukti empirik bagaimana orang menampilkan perilaku ekonomi yang tidak selalu rasional. Kahneman dan Tversky (1979) meneliti bagaimana orang memberi penialaian terhadap prospek. Mereka mendefinisikan prospek sebagai kombinasi antara hasil dan probabilita. Penelitian mereka menunjukkan bahwa bias terjadi dalam penilaian prospek. Orang tak jarang memberi penilaian yang tidak rasional terhadap risiko kerugian dan kemungkinan berhasil. Thaler (1981) juga menunjukkan berbagai anomali khusus terjadi di pasar. Loewenstein (1988) menunjukkan bahwa kerangka pikir sesorang mempengaruhi keputusan yang diambilnya dalam memilih.
Berkembangnya ekonomi behavioral sejalan dengan pemahaman bahwa persoalan ekonomi ada dalam berbagai ranah kehidupan. Perilaku ekonomi tidak terbatas hanya pada urusan uang atau perdagangan. Garry Becker mengemukakan teori cinta yang memandang hubungan percintaan sebagai hubungan ekonomi, dengan demikian perilaku dalam hubungan cinta pun adalah perilaku ekonomi. Menurut Becker cinta mengenal pasar jodoh seperti halnya pasar tempat penjual dan pembeli bertemu. Tiap orang yang mencari jodoh merupakan penjual sekaligus pembeli (sama seperti bursa saham). Diri seseorang merupakan komoditi memiliki, memiliki harga pasar. Transaksi terjadi kalau harga yang ditawarkan penjual sama dengan harga yang rela dibayar pembeli.
Pemahaman terhadap perilaku ekonomi yang tak terbatas hanya pada urusan uang dan dagang menjadikan perilaku ekonomi sebagai kajian psikologi. Sebagai ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia, psikologi menjadikan perilaku ekonomi sebagai objek kajiannya. Hasilnya, sesuai dengan cara pandang deskriptif, ditemukan bahwa manusia tidak mesti rasional. Ada pengaruh faktor-faktor non-rasional dalam pengambilan keputusan, seperti faktor gairah (passion), motif sosial, dan pertimbangan kondisi orang lain. Pemikiran seperti ini sebenarnya bukan hal baru dalam ekonomi. Adam Smith (1759) dalam buku Theory of Moral Sentiments sudah mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh dua proses yang bertentangan, (1) gairah (seperti dorongan seks dan lapar) serta (2) proses individu melihat dirinya dari kacamata orang lain (impartial spectator). Proses itu dapat mengoreksi bahkan menggagalkan dorongan gairah. Kajian tentang preferensi belakangan juga menunjukkan tidak memadainya pandangan manusia sebagai homo economicus. Temuan-temuan psikologi tentang preferensi membantah pandangan ekonomi konvensional. Merujuk kepada Samuelson (1937), ekonom konvensional menggunakan konsep revealed preference yang menjelaskan bahwa apa yang tampak dipilih oleh seseorang merupakan preferensi orang itu. Mereka menganggap perilaku yang tampak mencerminkan preferensi. Sebagai contoh, jika ada orang dalam sebuah pesta mengambil sate sebagai lauk makannya, maka dapat disimpulkan bahwa orang itu memang suka sate; jika ia mengambil puding berarti ia suka puding. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan aliran Behavioristik dalam psikologi yang hanya mengkaji gejala-gejala yang tampak (overt). Berbagai penelitian psikologi belakangan ini membantah ini dan menunjukkan bahwa ada yang tersirat dari yang tampak. Ada faktor-faktor yang tersembunyi dari perilaku yang tampak. Perilaku tidak selalu mengambarkan atau mencerminkan selera. Contoh, orang mengambil sate bisa karena hanya itulah makanan yang tersisa jadi meski ia taksuka sate, ia mengambilnya juga. Begitu pula dengan pilihan puding, bisa jadi orang itu mengambil puding karena makanan penutup lain sudah habis sehingga ia tak punya pilihan lain.
Menanggapi bantahan psikologi soal preferensi, ekonomi mengeluarkan berbagai teori untuk melengkapi pemikiran mereka tentang perilaku ekonomi manusia. Salah satunya adalah teori keterbatasan (constrain theory) yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi manusia dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya dan kemampuan. Contoh, sebuah mobil BMW model terbaru diperlihatkan kepada seseorang dan ia dimintai tanggapannya. Lalu orang itu menjawab, "bagus". Bukan berarti ia akan beli mobil BMW itu. Orang mebeli atau tidak mobil itu tergantung pada anggaran atau sumberdaya yang ia punya. Pemikiran tentang preferensi tersebut berbeda dengan pandangan psikologi yang menyatakan bahwa preferensi meramalkan tingkahlaku.
Pemikiran penting dalam ekonomi yang cukup signifikan mendorong penelitian-penelitian psikologi di bidang perilaku ekonomi adalah pemikiran Herbert Simon yang menyatakan bahwa kemampuan kognitif manusia terbatas. Manusia bukan komputer canggih yang memiliki informasi lengkap dan mampu mengolah semua informasi secara rasional. Rasionalitas perlu dipahami dalam arti spesifik, berfungsinya tidak setiap saat. Dalam keseharian, dapat dilihat bahwa kognisi manusia terbatas. Faktor situasional juga berperan dalam menentukan perilaku. Contoh, di satu waktu seorang pembicara membuat makalah secara sangat hati-hati karena makalah itu akan disajikan di forum internasional. Di waktu lain, ia membuat makalah asal jadi karena makalah itu hanya di sajikan di kalangan internal tempat ia bekerja. Situasi yang berbeda bisa menggerakkan manusia menampilkan perilaku yang berbeda. Dari sini dapat disimpulkan, manusia tidak selalu mencermati apa yang ia lakukan. Ia bisa tidak rasional dalam bertingkahlaku dalam situasi-situasi yang dianggapnya tidak menuntut ia untuk bertanggung-jawab.
Pemikiran Simon itu memicu dilakukannya berbagai penelitian di bidang psikologi kognitif untuk memahami kerja pikiran manusia dan keterbatasan-keterbatasannya.Penelitian-penelitian itu membandingkan sifat rasional yang diklaim ekonom konvensional dengan perilaku manusia sehari-hari. Dari sana ditemukan bahwa orang sering melakukan heuristik atau mengambil jalan singkat dalam berpikir. Orang tidak selalu mengumpulkan informasi secara lengkap dan mengolah informasi itu secara optimal. Bias-bias banyak terjadi dalam pengambilan keputusan. Temuan Kahneman dan Tversky (1979) yang sudah disebut tadi merupakan salah satu hasil dari penelitian semacam itu.
Berbagai temuan dalam kajian psikologi kognitif memberikan bukti bahwa pandangan manusia sebagai homo economicus yang melulu rasional tidak memadai untuk dipakai menjelaskan, meramalkan dan mengontrol perilaku ekonomi. Pandangan normatif itu tidak sesuai dengan kondisi nyata yang ada dalam keseharian manusia. Secara deskriptif, manusia bisa rasional, bisa juga tidak rasional dalam membuat keputusan. Sebagai alternatif, diajukan pendekatan rasional preskriptif yang mencoba memahami bagaimana menjadikan manusia lebih rasional dalam memilih. Jika ditemukan bahwa perilaku ekonomi orang tidak selalu rasional, maka perlu dicari tahu bagaimana orang bisa untung dengan kondisi seperti itu. Untuk itulah kajian-kajian perilaku ekonomi perlu dilakukan secara lebih realistik dan sesuai dengan kenyataan empirik dengan tujuan untuk membantu orang-orang mencapai kesejahteraan lebih baik lewat perilaku-perilaku mereka.***

Daftar Pustaka
Antonides, G. 1998. Psychology for Economics and Bussiness.
De Cremer, dkk. (Eds). 2006. Social Psychology and Economics.
Kahneman, D. & Tversky, A. 'Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk,' Econometrica, XVLII (1979), 263–291.
Samuelson, Paul (1937). `A note on measurement of utility'.Review of Economic Studies, 4, 155-161.
Smith, A. (1759/1892). The Theory of Moral Sentiments. New York: Prometheus Books.
Thaler, R. (1981). Some empirical evidence on dynamic inconsistency. Economics Letters, 8, 201-207.
Daftar Pustaka - Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli Teori, Fungsi, Model dan Definisi
Soewarno Handaya Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV Haji Masagung, Jakarta, 1980, hal 94
T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE Yogyakarta, 1986, hal 272
Sukanto Reksohadiprojo. Organisasi perusahaan, Edisi 11, BPFE, Yogyakarta, 1986,hal 176
Soejono Trimo, Analisis Kepemimpinan Angkasa Bandung. 1986
.



Nama   : Karlinas Septiyani
Kls       :2PA18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kreativitas